Powered By Blogger

Cari Blog Ini

SELAMAT DATANG

Berbagi dan Berbaur bersama demi kemajuan kita semua

Mengenai Saya

Foto saya
TERLAHIR DARI KELUARGA YG SANGAT SEDERHANA,,, tetapi, aku mencoba berkomitmen untuk yg terbaik dan menjadi kebanggaan yg mengenal aku.

Anto_Pekalongan

Pengikut

Selasa, 15 Juni 2010

Perjalana Ke Suku Baduy Dalam



Kampung Cibeo adalah satu dari tiga kampung di Baduy Dalam (Baduy Kajeroan). Selain Cibeo, masih ada Kampung Cikartawana dan Kampung Cikeusik. Berjarak sekitar 120 kilometer dari Jakarta, kita akan menemukan kampung yang masih menjaga ketat adat istiadat. Kampung-kampung di Baduy terletak di ketinggian 500-1.200 meter di atas permukaan laut dan berada di Pegunungan Kendeng yang merupakan daerah hulu Sungai Ciujung.

Desa Ciboleger, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, adalah terminal wisata Baduy yang dibuka tahun 1992 dan tempat terakhir kendaraan diperbolehkan masuk. Pintu masuk utama menuju Baduy Dalam adalah Desa Kanekes di Baduy Luar. Jalur Kampung Kadu Keter bisa dicoba karena jarak tempuh yang lebih cepat menuju ke Kampung Cibeo. Pulangnya kita bisa mencoba rute lain yang jaraknya dua kali lipat dengan melewati lebih banyak kampung, yaitu Cipaler, Gajeboh, Babakan Marengo, dan Babakan Balingbing.

Setelah menempuh tiga jam perjalanan melewati jalan setapak melintasi bukit-bukit, sungai, dan beberapa perkampungan Baduy Luar, sampailah kita di Kampung Cibeo. Tanda pembatas memasuki Kampung Cibeo hanyalah rumbai yang diikatkan pada pohon besar. Memasuki kawasan tersebut berarti semua larangan adat diberlakukan, salah satunya larangan memotret.

Ada 90 rumah panggung atau suhunan beratap rumbia berdiri berjajar berhadap-hadapan dengan bentuk sama. Paku dan besi buatan pabrik pantang dipakai, semua suhunan hanya diikat dengan ijuk atau dipasak dengan bambu.

Masyarakat Baduy yang memiliki kepercayaan Sunda Wiwitan dikenal pula memiliki filosofi ”pondok teu meunang disambung, nu panjang teu meunang dipotong” (yang pendek tak boleh disambung dan yang panjang tak boleh dipotong). Maknanya, orang Baduy pada dasarnya menerima alam sebagaimana adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar